Monday, 29 January 2018

Perjalan Hidup dalam Tahanan

29 - September - 2013 - Barang siapa yang menghendaki kemerdekaan Ia harus ikhlas dan tulus untuk melewati penjara kepenjara- Tan Malaka.  Setiap manusia pasti ada kemauan untuk memerdekan hidupnya. Begitupun dengan kalian. Seperti yang di alami oleh satu tahanan bernama “Bula” yang sudah melewati masa penjera selama 16 tahun. pertama di Madrasah Ibtidaiyyah Ar-Rahmah selama 6 tahun, kedua di Madrasah Tsanawiyyah Ar-Rahmah selama 3 tahun, kempat di Boarding School Darur-Rahman 1 tahun, kelima di Madrasah Aliyyah Negeri (MAN) Cijeruk selama 2 tahun, keenam di Universitas Pakuan Bogor selama 4 tahun. 

Bula adalah anak ke-2 dari tiga bersaudara, dilahirkan dari Bapak KH. Burhanudin dan Ibu Lalas Rohilah.S.Pdi., di Kp. Pasir Angin Lebak. Ayahnya sebagai pimpinan Pondok Pesantren Ar-Rahmah dan Ibunya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Sekolah Madrasah Ibtidaiyyah Ar-Rahmah. Kakek dari Ibunya KH. Ismail Yatim, S.Ag  dan Kakek dari Ayahnya sebagai pimpinan Pon Pes Al-Falah Aa. KH. Falahuddin, Mereka sebagai tokoh agama di daerah masing-masing. Bula menikmati masa sekolah Madrasah Ibtidaiyyah (MI)  dan Madrasah Tsanawiyyah (MTs) ditempat Kakek dari Ibunya, dan belajar  ilmu agama di pesantren yang dipimpin oleh Ayah kandungnya sendiri.

Bula dibesarkan dari keluarga pendidik dan pesantren. Kakek dari Ibunya KH. Ismail Yatim, S.Ag sebagai pendiri Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Ar-Rahmah. Langkah perjuangannya mendirikan sekolah dari jenjang MI, MTs dan Pondok Pesantren Salafiyyah. Menurut masyarakat dan para alumni, YPI  Ar-Rahmah sudah mempunyai peran yang cemerlang untuk masyarakat. Tujuan kedepan YPI Ar-Rahmah tetap membantu masyarakat untuk terus merdeka dengan sederhana dan bermakna.

Masa dulu YPI Ar-Rahmah sudah mengalami kemajuan yang pesat, sampai-sampai bangunan yang disediakan untuk proses belajar mengajar siswa/I dan santriwan/I tidak cukup. Sehingga diputuskan untuk menumpang  dirumah warga. Sampai saat ini YPI Ar-Rahmah masih ada untuk masyarakat. Tetap berperan untuk membantu mencerdaskan kehidupan masyarakat pada khususnya dan bangsa pada umumnya.
Bula sempat mengalami kejenuhan, enam tahun di sekolah dan pesantren keluarganya sendiri. Penyebabnya sederhana, hanya jarak antara sekolah dan pondok sangat dekat dari tempat tinggalnya. Kebosanan yang dialami Bula tetap ada hal menyenangkan dan tidak bisa dikalahkan karena lingkungannya selalu mengajarkan hidup yang sederhana (tawadu’), kebersamaan (Jama’ah), toleransi (tasamuh) dan kebaikan (hasan), sehingga rasa bosan itu hilang dengan sendirinya. Selain itu Bula bersyukur dan bangga mempunyai sosok orang tua sekaligus  guru dari kedua orang tuanya sendiri. Ayah dan ibu adalah orang tua yang sudah mengajarkan konsep dan pembelajaran hidup yang matang, terkhusus Bunda yang gigih dalam berjuang. Sesuai dengan Motto Bunda “Hidup adalah perjuangan dilengkapi dengan rintangan serta godaan. Tetap jalankan dengan usaha, doa, dan tawakal serta sabar, teruslah menyimpan mimpi".

Setelah masa penjara pertama enam tahun selesai dikampungnya sendiri, Bula dijebloskan ke tahanan paling rumit oleh kedua orang tuanya, bertempat di Pon-Pes Darur-Rahman daerah Leuwihliang yang dipimpin oleh KH.Syukron Ma’mun, sebuah pondok besar yang sudah melahirkan alumni-alumni yang berpengaruh di masyarakat.

Bula diterima di Pon-Pes cabang Bogor, semua dilewatkan dengan dua tahap, pertama test, kedua wawancara. Hal yang paling mengesankan di Darur-Rahman bisa mengenal teman baru dari berbagai Provinsi di Indonesia. Setiap santriwan/I mewajibkan untuk menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari. Pertama kali Bula mendengar dan melihat santriwan/I berkomunikasi dengan Bahasa Asing membuatnya kagum. Kesempatan Bula masuk pondok Darrur-Rahman hanya berlangsung enam bulan. Bula mengalami ketidaknyamanan dengan kondisi pondok. Pejalanan Bula di Darur-Rahman mampu memberikan hal yang membanggakan. Bula merasakan manfaat yang besar dari lingkungan pondok. Tidak lama Bula melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyyah Negeri Cijeruk. Orangtua dari Bula memberikan syarat tertentu pada saat pindah sekolah, “Kaka, panggilan manja Bunda pada Bula. Walaupun sekolah di Aliyyah tetap harus tinggal di Pondok pesantren ya”. Jawab Bula “Baik Bunda”.

Darul Hikmah adalah pondok yang dipilih oleh kedua orangtuanya, dengan alasan jarak yang dekat  dengan sekolah. Bula memulai aktifitas pertama di Pondok dengan mengkaji Ilmu Qira'at, Bula di Darul Hikmah diasuh langsung oleh KH. Ma'mun sebagai pimpinan berserta para putranya. Setelah selesai di Pon-Pes, Bula melanjutkan kegiatanya disekolah. Hari pertama di Madrasah Aliyyah Negeri Ciejeruk tepat pada hari senin. Seperti di sekolah lain hari senin pasti melaksanakan upacara bendera, begitupun di sekolah barunya Bula semuanya sudah siap akan melaksanakan upacara bendera. Pengalaman upacara Bula menjadikan moment pertama di bangku Aliyyah. Upacara yang berlangsung 30 menit berakhir, Bulapun masuk kedalam kelas, kesan Bula terhadap keadaan sekolah serta kelas menyebabkannya tidak nyaman kembali, tapi Bula  tidak ada cara lain untuk meminta pindah, keputasanya harus tetap nyaman, tidak mungkin berhenti dan pindah sekolah lagi kata Bula. Dengan keyakinan Bula masuk pada kelas IPA 1 dan akhirnya mampu menjadi lulusan dari MAN Cijeruk tahun 2009. Prestasi Bula saat di bangku Aliyyah menjadi Juara 1 dan 2 Lomba MTQ antar pelajar.

Lulusnya Bula dari MAN Cijeruk membuat orang tuanya sibuk untuk memasukan anaknya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bula dan orangtuanya memutuskan untuk mencoba ke PT-Negeri UIN Ciputat, singkat cerita tuhan tidak memberikan kesempatan untuk kuliah disana. Akhirnya rencana lainpun terjadi, Orang tua Bula mengambil sikap untuk memasukan anaknya ke Perguruan Tinggi Swasta di Bogor yaitu Universitas Pakuan dan diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Biologi melalui test bersama pada gelobang ke-tiga.

Masa kuliah yang dijalankan Bula tidak lepas dari amanah untuk mengejar akademik dengan maksimal. Selain itu Bula mencoba menunjang nilai akademiknya dengan mengikuti organisasi. Bula dalam keseharian kuliahnya disibukan dengan belajar di kelas maupun di luar kelas, pekerjaanya berdiskusi dan membaca serta saling berinteraksi satu sama lain. Mulai dari bertukar infomasi yang tidak penting menjadi penting, yang penting menjadi paling penting. Selain belajar yang rutin Bula disibukan dengan aktifitas organisasi. Pengalaman organisasi Bula diawali dari Himpunan Biologi Lampyris sebagai Anggota pada  Departemen  Penelitian dan Pengembangan pada tahun 2009,  dilanjutkan pada tahun 2010 dipercaya sebagai Kordinator Departemen Penelitian dan Pengembangan. Setelah dua tahun di Himpunan Biologi Lampyris  Bula mencalonkan diri sebagai Kandidat Calon Ketua Himpunan Lampyris pada tahun 2011 dan berhasil lolos pada tiga besar, namun belum memberikan kesempatan untuk menjadi ketua Himpunan. Pada tahun 2012 Bula dikagetkan dengan keputusan yang hebat. Hasil dari tradisi Musyawarah Tahunan Keluarga Besar Himpunan Biologi Lampyris menunjuk Bula mewakili Himpunan Biologi Lampyris naik menjadi Bakal Calon Kandidat Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tekad dan keyakinan Bula akhirnya memutuskan untuk maju, akhir dari proses pencalonan Bula yang ditemani oleh wakilnya Wahyudi berbuah hasil. Bula dan Wahyudi resmi terpilih menjadi ketua BEM FKIP Periode 2011-2012 melalui Pemilu Raya yang dilaksanakan oleh KPUP (Komisi Pemilihan Umum Pusat).

Kesibukan dan kewajiban akademik serta organisasi Bula jalankan dengan lebih keras, pantas dan tuntas. Akhirnya amanah di BEM selama satu tahun telah selsai dijalankan dengan sabaik-baiknya. Setelah habis masa jabatan di BEM ternyata Bula tidak berhenti untuk berorganisasi. Bula memutuskan untuk melanjutkan di  Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) FKIP. Keputusan Bula berangkat dari kepercayaan Keluarga Besar HMB Lampyris dan keprihatinan personal kepada BLM yang pada saat itu masih banyak yang harus diperbaiki, sehingga memanggil hatinya untuk mengambil langkah solusi dengan mencalonkan sebagai Kandidat Calon Ketua Badan Legislatif Mahasiswa di FKIP, Prinsip Bula pada saat itu “Jika saya mundur maka akan lebih berantakan Rumah BLM, Setidaknya dengan masuknya Bula bisa sedikit membenahi, mulai dari cara padang dan cara kerja terhadap BLM itu sendiri". Niat yang tulus Bula memberikan tanggapan baik dari para pemilihnya, akhirnya Bula terpilih menjadi Ketua Umum di BLM FKIP dengan wakilnya Rinda Handayana. Ucap terima kasih Bula sampaikan pada Hima Biologi yang telah mempercayai maju menjadi Calon Kandidat Ketua BLM di FKIP.

Dengan keprihatinan di Fakultas sendiri, tidak memberhentikan Bula untuk selalu berbagi tingkah dan laku serta pikir dilingkup yang lebih luas, Cara yang pernah di pakai sejak memimpin di Badan Eksekutif Mahasiswa di bawa Bula sebagai bekal di BLM. Dengan perjuangan Bula , memutuskan  dirinya untuk memperbaiki ranah BLM di Universitas Pakuan dan Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesi (FL2MI) regional Bogor Raya. Bula dipercaya dikomisi Advokasi. Perjalanan Bula di Universitas mampu menghadirkan Ide  untuk melakukan rekontuksi UUD Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Pakuan.

BLM Universitas mampu membawa Bula pada ajang Nasional sebagai pengalaman yang memberikan warna dan kesan yang baik dalam hidup Bula, Lomba Penyuluhan Anti Narkoba Se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhamadiyyah Semarang, Bula menjadi wakil dari Universitas Pakuan yang ditunjuk langsung oleh Rektor Universitas Pakuan. Kepercayaan yang diberikan kepada Bula  membawa dirinya untuk berusaha menampilkan yang terbaik. Bula mendapatkan hasil yang mengagetkan, semua diluar dugaan, Bula menggangap semua ini muncul karena kerendahan hati terhadap Tuhan saja. 

Tiba di acara puncak Temu Kader Mahasiswa Anti Narkoba Se-Indonesia, Panitia mengumumkan bahwa Bula berhasil memboyong piala Juara ke – III. Bagi Bula semua ini bukan keberhasilan sendiri, namun berkat dari kawan-kawan yang luar biasa. Terima kasih Rachaman Nugraha, Dede Mirda, Ikbal Mustafa Rambe, dan Abdul Qodir atas semua kesempatan, dukungan, bantuan, terkhusus kepada Pak Bibin atas semua kesempatan dan doa yang selalu dipanjatkan.

Kesuksesan perjalanan yang dilalui Bula saat kuliah, dilewatikan dengan mondok di Sholeh Ma'mun Tajur selama tiga tahun. Pengalaman yang mengesankan saat Bula di Sholeh Ma'mun saat diberikan perintah oleh pimpinan Pon-Pes Soleh Ma'mun KH. Ma'mun Zen untuk mengambil air putih di dapur. Tanpa menolak Bula mengambilkannya, dan langsung segera kembali untuk memberikan air tersebut kepada gurunya. "Ini bapak", tutur Bula, panggilan Bapak kepada Kiai di Pondok Sholeh Ma'mun. Tak lama guru Bula meminumnya. Perintah ini di berikan kepada Bula dalam kondisi sedang mengaji di Majlis. Setelah selsai minum, ternyata air minum yang masih tersisa meminta Bula untuk menghabiskan air minumnya. Dengan kaget bahagia Bula kedepan sambil membungkukan badanya lalu duduk dan meminumnya, saat Bula ditanya. Mengapa kamu mau, Bula hanya menjawab "Ini air berkah".

Bula di Sholeh Ma'mun dipercaya sebagai ketua pondok. Amanah yang di bebankan kepada Bula, muncul setelah selesai Bula meminum air minum sisa gurunya tadi. Tiba-tiba gurunya menyampaikan kepada semua santri "Si Bula Bapak angkat sebagai lurah pondok", Bagaimana mungkin Bula menolak, yang pada akhirnya Bula bersyukur atas semua keberkahan yang diberikan oleh Tuhan, Bula membagi kesibukan di antara amanah di kampus dan di pondok. Semua dinikmati oleh Bula dengan ringan tanpa beban, Bula merasakan semua kebaikan dari proses pengalaman yang dilaluinya.

Perjalanan dari penjara kepenjara yang dilalui Bula di atas adalah cerita yang menekankan bahwa pentingnya proses pendidikan untuk bekal kemerdekaan diri sendiri. Penjara adalah ruang belajar  yang mengajarkan Bula untuk ikhlas dan tulus pada proses mendapatkan bekal hidup. Saat ini Bula sudah melewati masa penjara dan sudah mengakui dirinya sudah merdeka, walaupun Bula masih merasa banyak kurang pada proses menikmati ruang penjara. Semua yang terjadi dalam tahanan adalah masa Bula untuk mencari konsep kematangan dalam hidup, Bula tetap masih merasa perlu ada diruang penjara (belajar). Carilah ilmu sampai akhir hayat, ini yang menjadi pegangan bagi sosok Bula.

Setiap manusia yang berakal wajib mengamalkan semua bekal hidupnya. Kemerdekaan harus ditandai dengan mengamalkannya. Bagaimana cara Bula merealisasikannya? - (afa)


0 comments:

Post a Comment